Minggu, 26 Desember 2010

Berjalan Kaki 18 Km. ke Gunung Muria untuk Mengajar


Berjalan Kaki 18 Km. ke Gunung Muria untuk Mengajar

Kudus adalah daerah yang terkenal dengan nama kota Kretek dan kota Santri dalam wilayah propinsi Jawa Tengah. Kota ini dibangun oleh Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shodiq) dengan rentetan historisitas yang berpusat pada kerajaan Islam pertama di Jawa (Demak). Hal ini ditengarai dari inskripsi batu nisan yang ada di atas mihrab Masjid al-Aqsha Menara Kudus.

Di belakang Masjid al-Aqsa Menara Kudus inilah, di Komplek Makam Sunan Kudus, hampir selalu ada saja yang mengaji. Baik yang dengan tujuan untuk berziarah, maupun santri yang niat tabarrukan agar diberi kemudahan dalam berbagai urusan. Di antara deretan nisan di komplek makam tersebut, terdapat makam KH Raden Asnawi. Salah seorang ulama keturunan ke-14 Sunan Kudus (Raden Ja’far Shodiq) dan keturunan ke-5 KH Mutamakkin Kajen, Margoyoso, Pati.

Kelahiran
Pada hari Jum’at Pon, kisaran tahun 1861 M (1281 H) di daerah Damaran lahir seorang bayi yang diberi nama Raden Ahmad Syamsyi. Putra dari pasangan H. Abdullah Husnin dan Raden Sarbinah ini lahir di sebuah rumah milik Mbah Sulangsih. Tempat tinggal Mbah Sulang begitu ia akrab disapa menjadi ramai didatangi oleh sanak saudara dan tetangga sekitar lantaran kelahiran anak pembarep. Sudah menjadi tradisi masyarakat Kudus, setiap ada babaran (melahirkan bayi), tetangga ikut merasakan bahagia dengan menjenguk ibu dan anak yang dilahirkan.

H. Abdullah Husnin terkenal seorang pedagang konfeksi yang tergolong besar. Memang sudah menjadi hal yang lumrah, rata-rata penduduk di desa ini mempunyai penggautan (kerja) di bidang konfeksi. Potensi ekonomi masyarakatnya mengandalkan kreatifitas memproduksi kain menjadi pakain, kerudung, rukuh, dan lain sebagainya.

Sejak kecil, Ahmad Syamsyi diasuh oleh kedua orang tuanya, dikenalkan pada pelajaran agama dan tata cara bermasyarakat menurut ajaran-ajaran Islam. Selain itu, Ahmad Syamsyi juga diajarkan berdagang sejak dini. Kemudian semenjak usia 15 tahun, pada kisaran tahun 1876 M. orang tuanya memboyong ke Tulungagung Jawa Timur. Di sana H Abdullah Husnin mengajari anaknya berdagang pagi hingga siang.

Keinginannya mencetak putra sholih mengantarkan Husnin untuk mengikutsertakan Syamsi mengaji di Pondok Pesantren Mangunsari Tulungagung. Waktu mengaji adalah sepulang dari berdagang mulai sore hingga malam. Tidak diketahui apa kitab yang ditekuni kala itu. Selain mengaji di Tulungagung, Ahmad Syamsi kemudian melanjutkan mengaji kepada KH. Irsyad Naib Mayong, Jepara.

Pergantian Nama dan Mengajar Agama
Sewaktu umur 25 tahun, kira-kira pada tahun 1886 M. Ahmad Syamsi menunaikan ibadah haji yang pertama dan sepulangnya dari ibadah haji ini, KHR. Asnawi mulai mangajar dan melakukan tabligh agama.

Kira-kira umur 30 tahun KHR. Asnawi diajak oleh ayahnya untuk pergi haji yang kedua dengan niat untuk bermukim di tanah suci. Di saat-saat melakukan ibadah haji, ayahnya pulang ke rahmatullah, meskipun demikian, niat bermukim tetap diteruskan selama 20 tahun. Selama itu KHR. Asnawi juga pernah pulang ke Kudus beberapa kali untuk menjenguk ibunya yang masih hidup beserta adik yang bernama H. Dimyati yang menetap di Kudus hingga wafat. Ibunya wafat di Kudus sewaktu KHR. Asnawi telah kembali ke tanah suci untuk meneruskan cita-citanya.

Sepulangnya dari haji pertamanya, nama Raden Ahmad Syamsi diganti dengan Raden Haji Ilyas. Pergantian nama sepulang dari tanah suci sudah menjadi hal yang wajar, namun nama Ilyas juga tidak menjadi nama hingga wafatnya. Nama Ilyas ini kemudian diganti lagi dengan Raden Haji Asnawi, setelah pulang dari menunaikan ibadah haji untuk ketiga kalinya.

Selanjutnya nama Asnawi ini yang menjadi terkenal dalam pengembanagan Ahlussunnah Waljama’ah di daerah Kudus dan sekitarnya. Dari sinilah kharismanya muncul dan masyarakat memanggilnya dengan sebutan Kiai. Sehingga nama harum yang dikenal masyarakat luas menyebut dengan Kiai Haji Raden Asnawi (KHR. Asnawi).

Sebagaimana lazimnya, sebutan Kiai ini tidaklah muncul begitu saja, atau dedeklarasikan dalam sebuah peristiwa, namun ia diperoleh melalui pengakuan masyarakat yang diajarkan agama secara berkesinambungan sejak KHR. Asnawi berumur 25 tahun. Pada setiap Jumu’ah Pahing, sesudah shalat Jumu’ah, KHR. Asnawi mengajar Tauhid di Masjid Muria (Masjid Sunan Muria) yang berjarak + 18 Km dari kota Kudus, dan jalan pegunungan yang menanjak ini ditempuhnya dengan berjalan kaki. KHR. Asnawi juga selalu berkeliling mengajar dari masjid ke masjid sekitar kota saat shalat Shubuh.

Secara khusus KHR. Asnawi juga mengadakan pengajian rutin, seperti Khataman TafsirJalalain dalam bulan Ramadlan di pondok pesantren Bendan Kudus. Khataman kitab Bidayatul Hidayah dan al-Hikam dalam bulan Ramadlan di Tajuk Makam Sunan Kudus. Membaca kitab Hadist Bukhari yang dilakukan setiap jamaah fajar dan setiap sesudah jama’ah shubuh selama bulan Ramadhan bertempat di Masjid al-Aqsha Kauman Menara Kudus, sampai KHR. Asnawi wafat, kitab ini belum khatam, makanya diteruskan oleh al-Hafidh KHM. Arwani Amin sampai khatam.

Kegiatan tabligh KHR. Asnawi untuk menyebarkan akidah Ahlusunnah wal Jamaah tidaklah terbatas daerah Kabupaten Kudus saja, melainkan juga menjangkau ke daerah lain seperti Demak, Jepara, Tegal, Pekalongan, Semarang, Gresik, Cepu, dan Blora.

Di antara ilmu yang diutamakan oleh KHR. Asnawi adalah Tauhid dan Fiqih. Karenanya, bagi masyarakat Kudus dan sekitarnya, KHR. Asnawi hingga kini masih selalu diingat melalui karya populernya yang kini dikenal dengan “Shalawat Asnawiyyah.” Selain itu karya Asnawi seperti Soal Jawab Mu’taqad Seket, Fasholatan Kyai Asnawi (yang disusun oleh KH. Minan Zuhri), Syi'ir Nasihat, Du’aul ‘Arusa’in, Sholawat Asnawiyyah dan syi’iran lainnya juga tetap diajarkan di pengajian-pengajian pesantren dan masjid-masjid hingga saat ini.

Mukim di Tanah Suci
Di Makkah, KHR. Asnawi tinggal di rumah Syeikh Hamid Manan (Kudus). Namun setelah menikahi Nyai Hj. Hamdanah (janda Almaghfurlah Syeikh Nawawi al-Bantani), KHR. Asnawi pindah ke kampung Syami’ah. Dalam perkawinannya dengan Nyai Hj. Hamdanah ini, KHR. Asnawi dikaruniai 9 putera. Namun hanya 3 puteranya yang hidup hingga tua. Yaitu H. Zuhri, Hj. Azizah (istri KH. Shaleh Tayu) dan Alawiyah (istri R. Maskub Kudus).

Selama bermukim di Tanah Suci, di samping menunaikan kewajiban sebagai kepala rumah tangga, KHR. Asnawi masih mengambil kesempatan untuk memperdalam ilmu agama dengan para ulama besar, baik dari Indonesia (Jawa) maupun Arab, baik di Masjidil Haram maupun di rumah. Para Kyai Indonesia yang pernah menjadi gurunya adalah KH. Saleh Darat (Semarang), KH. Mahfudz (Termas), KH. Nawawi (Banten) dan Sayid Umar Shatha.

Selain itu, KHR. Asnawi juga pernah mengajar di Masjidil Haram dan di rumahnya, di antara yang ikut belajar padanya, antara lain adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah (Jombang), KH. Bisyri Sansuri (Pati/Jombang), KH. Dahlan (Pekalongan), KH. Shaleh (Tayu pati), KH. Chambali Kudus, KH. Mufid Kudus dan KHA. Mukhit (Sidoarjo). Di samping belajar dan mengajar agama Islam, KHR. Asnawi turut aktif mengurusi kewajibannya sebagai seorang Komisaris SI (Syariat Islam) di Mekah bersama dengan kawan-kawannya yang lain.

Pada waktu bermukim ini, KHR. Asnawi pernah mengadakan tukar pikiran dengan salah seorang ulama besar, Mufti Mekah bernama Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau tentang beberapa masalah keagamaan. Pembahasan ini dilakukan secara tertulis dari awal masalah hingga akhir, meskipun tidak memperoleh kesepakatan pendapat antara keduanya. Karena itu KHR. Asnawi bermaksud ingin memperoleh fatwa dari seorang Mufti di Mesir, maka semua catatan baik dari tulisan KHR. Asnawi dan Syeikh Ahmad Khatib tersebut dikirim ke alamat Sayid Husain Bek seorang Mufti di Mesir, akan tetapi Mufti Mesir itu tidak sanggup memberi fatwanya. (sayang, catatan-catatan itu ketinggalan di Mekah bersama kitab-kitabnya dan sayang keluarga KHR. Asnawi lupa masalah apa yang dibahas, meskipun sudah diberitahu).

Melihat tulisan dan jawaban KHR. Asnawi terhadap tulisan Syeikh Ahmad Khatib itu, tertariklah hati Sayid Husain Bek untuk berkenalan dengan KHR. Asnawi. Karena belum kenal, maka Mufti Mesir itu meminta bantuan Syeikh Hamid Manan untuk diperkenalkan dengan KHR. Asnawi Kudus. Akhirnya disepakati waktu perjumpaan yaitu sesudah shalat Jum’ah. Oleh Syeikh Hamid Manan maksud ini diberitahukan kepada KHR. Asnawi dan diatur agar KHR. Asnawi nanti yang melayani mengeluarkan jamuan.

Sesudah shalat Jum’ah datanglah Sayyid Husain Bek ke rumah Syeikh Hamid Manan dan KHR. Asnawi sendiri yang melayani mengeluarkan minuman. Sesudah bercakap-cakap, bertanyalah tamu itu: “Fin, Asnawi?” (Dimana Asnawi?), “Asnawi? Hadza Huwa” (Asnawi ? Inilah dia) sambil menunjuk KHR. Asnawi yang sedang duduk di pojok, sambil mendengarkan percakapan tamu dengan tuan rumah. Setelah ditunjukkan, Mufti segera berdiri dan mendekat KHR. Asnawi, seraya membuka kopiah dan diciumlah kepala KHR. Asnawi sambil berkenalan. Kata Mufti Sayyid Husain Bek kepada Syeikh Hamid Manan: "Sungguh saya telah salah sangka, setelah berkenalan dengan Asnawi. Saya mengira tidaklah demikian, melihat jasmaniahnya yang kecil dan rapih".

Madrasah, Masjid Menara dan Penjara
Saat menjenguk kampung halamannya, bersama kawan-kawannya KHR. Asnawi mendirikan Madrasah Madrasah Qudsiyyah (1916 M). Dan tidak berselang lama, KHR. Asnawi juga memelopori pembangunan Masjid Menara secara gotong royong. Malam hari para santri bersama-sama mengambil batu dan pasir dari Kaligelis untuk dikerjakan pada siang harinya. Di tengah-tengah melaksanakan pembangunan itulah, terjadi huru-hara pada tahun 1918 H. Di mana KHR. Asnawi dan kawan-kawannya terpaksa menghadapi tantangan kaki tangan kaum penjajah Belanda yang menghina Islam.

Di tengah-tengah umat Islam bergotong royong membangun Masjid Menara siang malam, orang-orang Cina malah mengadakan pawai yang akan melewati depan Masjid Menara. Para Ulama dan pemimpin-pemimpin Islam pun mengirim surat kepada pemimpin Cina, agar tidak menjalankan pawai lewat depan masjid Menara, karena banyak umat Islam yang melakukan pengambilan batu dan pasir pada malam hari.

Permintaan itu tidak digubris. Pawai tetap digelar. Ironisnya, dalam rentetan pawai itu, juga menampilkan adegan yang sangat menghina umat Islam. Di mana ada dua orang Cina yang memakai pakaian haji dengan merangkul seorang wanita yang berpakaian seperti wanita nakal. Orang awam menyebutnya Cengge. Pawai Cina yang datang dari depan masjid Manara menuju selatan, itu pun berpapasan dengan santri-santri yang sedang bergotongroyong mengambil pasir dan batu dengan grobak dorong (songkro). Kedua pihak tidak ada yang mengalah. Hingga terjadi pemukulan terhadap seorang santri oleh orang Cina.

Pemukulan terhadap salah seorang santri ditambah adanya Cengge itulah, insiden Cina-Islam di Kudus yang dikenal dengan huru hara Cina, terjadi. Ejekan dan hinaan dari orang-orang Cina terus saja terjadi. Hingga orang-orang Islam terpaksa mengadakan perlawanan. Para Ulama memandang beralasan untuk mengadakan pembelaan, namun tidak sampai pada pembunuhan.

Ironisnya, dalam insiden tersebut, ada pihak ketiga yang mengambil kesempatan untuk mengambil barang-barang orang Cina. Dan tanpa sengaja, menyentuh lampu gas pom yang menimbulkan kebakaran beberapa rumah, baik milik orang Cina maupun orang Jawa.

Kejadian inilah yang berbuntut penangkapan terhadap KH. Asnawi dan rekannya KH. Ahmad Kamal Damaran, KH. Nurhadi dan KH. Mufid Sunggingan dan lain-lain, dengan dalih telah mengadakan pengrusakan dan perampasan oleh pemerintah penjajah. Mereka pun akhirnya dimasukkan ke dalam penjara dengan masa hukuman 3 tahun.

Tidak sekali saja KHR. Asnawi di penjara. Pada zaman penjajahan Belanda, KHR. Asnawi sering dikenakan hukuman denda karena pidatonya tentang Islam serta menyisipkan ruh nasionalisme dalam pidatonya. Pun pada masa pendudukan Jepang. KHR. Asnawi pernah dituduh menyimpan senjata api, sehingga rumah dan pondok KHR. Asnawi dikepung oleh tentara Dai Nippon. KHR. Asnawi pun dibawa ke markas Kempetai di Pati.

Meski sering menghadapi ancaman hukuman, namun KHR. Asnawi tidak pernah berhenti berdakwah, amar ma'ruf nahi munkar. Bahkan di dalam penjara sekalipun, KHR. Asnawi tetap melakukan amar ma'ruf nahi munkar. KHR. Asnawi tetap membuka pengajian di penjara. Banyak kemudian di antara para penjahat kriminal yang dipenjara bersamanya, kemudian menjadi murid KHR. Asnawi.

Pada masa-masa revolusi kemerdekaan terutama menjelang agresi militer Belanda ke-1, KHR. Asnawi mengadakan gerakan ruhani dengan membaca sholawat Nariyah dan do’a surat Al-Fiil. Tidak sedikit pemuda-pemuda yang tergabung dalam laskar-laskar bersenjata berdatangan meminta bekal ruhaniyah sebelum berangkat ke medan pertempuran melawan penjajah.

Larangan Berdasi dan Prinsip Perjuangan
Dalam memperjuangkan Islam, KHR. Asnawi memiliki pendirian yang teguh. Prinsip-prinsip hidupnya sangat keras dan watak perjuangnnya terkenal galak, sebab kala itu bangsa Indonesia sedang dirundung nestapa penjajahan kaum kafir. Keyakinan inilah yang dipeganginya sangat kokoh sekali. Bagi KHR. Asnawi, segala hal yang dilaksanakan oleh Belanda tidak boleh ditiru. Bahkan tidak segan-segan KHR. Asnawi memfatwakan hukum agama dengan sangat tegas, anti-kolonialisme, seperti mengharamkan segala macam bentuk tasyabbuh (menyerupai) perilaku para penjajah dan antek-anteknya.

Salah satu diantara fatwanya yang keras ini adalah larangan untuk memakai berdasi dan menghidupkan radio, termasuk menyerupai gaya jalan orang-orang kafir (Belanda dan China). Fatwa larangan berdasinya ini sangat terkenal, hingga suatu ketika KH Saifuddin Zuhri melepaskan dasi dan sepatunya ketika mengunjungi KHR. Asnawi. KH Saifuddin Zuhri kala itu sedang menjabat Menteri Agama, namun demi menghormati KHR. Asnawi, ia bertamu hanya dengan memakai sandal tanpa dasi.

Kemauan keras KHR. Asnawi agar Islam tetap eksis tanpa campur tangan penjajah kafir sudah menjadi pertaruhan jiwa dan raganya. KHR. Asnawi memadukan pola keulamaan dan gerakan taushiyah dengan pesan melaksanakan jihad atas pemberontakan bangsa kafir.

Pada kisaran tahun 1927 M. KHR. Asnawi membangun pondok pesantren di Desa Bendan Kerjasan Kudus, di atas tanah wakaf dari KH. Abdullah Faqih (Langgar Dalem) dan dukungan dari para dermawan dan umat Islam. Pada tahun ini pula, Charles Olke Van Der Plas (1891-1977), seorang pegawai sipil di Hindia Belanda, pernah datang ke rumah KHR. Asnawi untuk meminta kesediaannya memangku jabatan penghulu di Kudus. Secara tegas KHR. Asnawi menolak penawaran tersebut.

Dalam pandangan KHR. Asnawi, jika dirinya diangkat sebagai penghulu, maka tidak akan lagi dapat bebas melakukan amar ma’ruf nahi mungkar terhadap para pejabat. Beda halnya jika tetap menjadi orang partikelir, ia dapat berdakwah tanpa harus menanggung rasa segan (ewuh pakewuh).

Pada tahun 1924 M. KHR. Asnawi ditemui oleh KH Abdul Wahab Chasbullah Jombang untuk bermusyawarah guna membentengi pertahanan akidah Ahlussunah wal Jamaah dan menyetujui gagasan tamu yang pernah belajar kepadanya ini. Selanjutnya, bersama-sama dengan para Ulama yang hadir di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H./31 Januari 1926 M. KHR. Asnawi turut membidani lahirnya jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).

Semasa hidupnya, KHR. Asnawi KH. Raden Asnawi telah berjasa besar bagi Islam dan bangsa Indonesia melalui keterlibatannya dalam organisasi pergerakan kemerdekaan. Selain itu, KHR. Asnawi juga menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional dari berbagai kalangan, seperti Semaun, H Agus Salim dan HOS. Cokroaminoto.

Syahadatain Terakhir
KHR. Asnawi berpulang ke rahmatullah pada Sabtu Kliwon, 25 Jumadil Akhir 1378 H. bertepatan tanggal 26 Desember 1959 M. pukul 03.00 WIB. KHR. Asnawi meninggal dunia dalam usia 98 tahun, dengan meninggalkan 3 orang istri, 5 orang putera, 23 cucu dan 18 cicit (buyut).

Kepulangan ulama besar Kudus ke rahmatullah ini tidak terduga. Sebab satu minggu sebelum wafatnya KHR. Asnawi masih masih nampak segar bugar ketika turut bermusyawarah dalam muktamar NU XII di Jakarta.
Pukul 02.30 WIB Sabtu itu Asnawi bangun dari tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi yang tidak jauh dari kamarnya untuk mengambil air wudlu. Setelah dari kamar mandi Asnawi dengan didampingi istrinya, Nyai Hj. Hamdanah, kembali berbaring di atas tempat tidur. Kondisinya semakin tidak berdaya. Dan dua kalimat syahadat (syahadatain/Asyhadu an laa ilaaha illallah wa Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah) adalah kalimat terakhir yang mengantarkan arwahnya ke rahmatullah.

Kabar wafatnya KH.R Asnawi disiarkan di Radio Republik Indonesia (RRI) Pusat Jakarta lewat berita pagi pukul 06.00 WIB. Penyiaran itu atas inisiataif Menteri Agama RI KH Wahab Chasbullah yang ditelephon oleh HM. Zainuri Noor.

Disadur dari berbagai sumber oleh Syaifullah Amin)
sumber : www.pesantren-ciganjur.org
Read More..

Jumat, 10 Desember 2010

SELEKSI DINI CEKAMAN KEKERINGAN

SELEKSI DINI CEKAMAN KEKERINGAN

I. PENDAHULUAN
Jagung manis yang biasa dikenal dengan sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) termasuk dalam tanaman sayuran dan merupakan tipe jagung yang baru dikembangkan masyarakat di Indonesia. Jagung manis semakin populer dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu jagung manis mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di pasaran, karena selain mempunyai rasa yang manis, faktor lain yang menguntungkan adalah masa produksi yang relatif lebih cepat. Buah tanaman jagung manis ini digemari untuk sayur, lauk-pauk, kue, jagung bakar ataupun dikonsumsi langsung dalam bentuk buah rebusan, bahkan bisa dimakan mentah disebabkan rasa manis pada jagung manis (Noviana,2002).
Jagung manis mempunyai biji-biji yang berisi endosperm manis, mengkilap, tembus pandang sebelum masak dan berkerut bila kering. Pada varietas jagung manis terdapat suatu gen resesif yang mencegah perubahan gula menjadi pati (Purseglove 1992). Gen yang sudah umum digunakan adalah su2 (standard sugary) dan sh2 (shrunken). Gen su2 merupakan gen standar, sedangkan gen sh2 menyebabkan rasa lebih manis dan dapat bertahan lebih lama atau disebut supersweet. Apabila kedua gen berada dalam satu genotipe maka disebut sugary supersweet. Menurut Straughn (1907) dalam Alexander dan Creech (1977), kandungan gula pada biji yang masak berbeda pada setiap kultivar jagung manis, bergantung pada derajat kerutannya. Kerutan yang dalam lebih banyak mengandung gula dibandingkan kerutan yang dangkal (Azrai, dkk.,tanpa tahun).
Namun dalam pengembangan usahatani jagung manis seringkali menghadapi permasalahan yaitu rendahnya produktivitas usahatani karena keterbatasan lahan (Noviana, 2002) dan cekaman kekeringan (Rupitak, dkk.,2008). Cekaman kekeringan di area lahan kering tropis dan subtropis pada fase pembungaan tanaman jagung mempengaruhi pembentukan rambut jagung dan bakal biji sehingga produktivitas menurun. Kemampuan tanaman untuk memenuhi bulir jagung dalam beberapa hari pada kondisi cekaman kekeringan sangat dibutuhkan untuk menghasilkan jagung yang berkualitas (Rupitak, dkk.,2008).
Indonesia memiliki lahan kering sekitar 148 juta ha (78%) dan lahan basah (wet lands) seluas 40,20 juta ha (22%) dari 188,20 juta ha total luas daratan (Abdulrachman, dkk.200 dalam Minardi 2009). Lebih lanjut dijelaskan oleh (Abdulrachman, dkk. 2005 dalam Minardi 2009), bahwa dari total luas lahan kering 148 juta ha, yang sesuai untuk budi daya pertanian hanya sekitar 76,22 juta ha (52%), sebagian besar terdapat di dataran rendah (70,71 juta ha atau (93%) dan sisanya di dataran tinggi. Di wilayah dataran rendah, lahan datar sampai bergelombang (lereng <>30% (McWilliams, dkk. 1999).













Gambar 1. Fase Perkecambahan Benih Jagung (Subekti,dkk.tanpa tahun)

Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan kecambah jagung berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering, pemunculan kecambah dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih. Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir 15-18) berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah berkecambah. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan dan kekurangan hara.








Gambar 2. Bunga Jantan dan Bunga Betina pada Jagung (Subekti,dkk.tanpa tahun)

Pada fase ini, kekeringan dan kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (McWilliams, dkk. 1999, Lee 2007). Kekeringan pada fase ini juga akan memperlambat munculnya bunga betina (silking). Fase R4 (dough) mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta (belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji (Subekti,dkk.tanpa tahun).

III. RESPON BEBERAPA JENIS TANAMAN TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

Menurut Singh (1998), karakteristik akar telah berhasil digunakan untuk skrining toleransi cekaman kekeringan pada tanaman Cow Pea (Vigna sp.). Penelitian mengenai korelasi antara karakteristik akar yang meliputi panjang total tanaman, luas permukaan akar relatif yang menyerap air, jumlah akar serta distribusi akar pada kedalaman 6 cm dan produksi tanaman telah dilakukan oleh Gesimba dkk. (2004). Karakteristik fisiologi dan morfologi meliputi penyesuaian osmotik, perilaku stomata, aktivitas klorofil, potensial air daun, berat akar, luas daun dan berat kering tanaman telah diteliti oleh Camacho dan Caraballo (1994) pada beberapa genotipe jagung lokal Venezuela dalam kondisi cekaman kekeringan. Van der Weele, dkk (1999) melakukan penelitian in vitro mengenai pertumbuhan biji Arabidopsis thaliana pada kondisi cekaman kekeringan dengan menjaga potensial air di dalam media agar.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa cekaman kekeringan pada fase perkecambahan dapat digunakan untuk mengetahui respon tanaman jagung terhadap lahan kering (Schmidhalter dkk., 1998, Farsiani dan Ghobadi. 2009). Penelitian pada fase perkecambahan untuk tanaman lain juga telah dilakukan, antara lain yaitu pengaruh stres air dengan kisaran suhu pada perkecambahan Orobanche aegyptiaca Pers. (Kebreab dan Murdoch, 2000), skrining ex vitro pada fase perkecambahan untuk mengidentifikasi tanaman kedelai yang toleran terhadap cekaman kekeringan (Widoretno dkk., 2002) serta metode skrining pada populasi kecambah blueberry (Vaccinium sp.) untuk resisten terhadap cekaman kekeringan (Erb dkk., 1988). Metode seleksi lapang memiliki beberapa kelemahan, yaitu kesulitan menjaga keseragaman tekanan seleksi serta lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seleksi (Widoretno dkk., 2002).

Selain itu juga telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh iradiasi gamma pada perkecambahan dan pertumbuhan beberapa tanaman pangan di Nigeria oleh Mokkobia dan Anomohanran (2005). Iradiasi gamma diketahui sangat bermanfaat untuk sterilisasi bahan obat-obatan dan makanan. Tanaman pangan yang digunakan adalah jagung, okra dan kacang tanah yang diberi perlakuan beberapa dosis iradiasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk dapat tumbuh, benih ketiga tanaman tersebut dapat disimpan secara aman dengan menggunakan iradiasi gamma.


IV. SIMULASI CEKAMAN KEKERINGAN MENGGUNAKAN PEG (POLYETHYLENE GLYCOL)

Kondisi kekeringan dapat disimulasikan dengan menggunakan polietilena glikol (PEG) karena memiliki berat molekul tinggi (≥4000) sehingga tidak dapat masuk ke dalam jaringan tanaman dan tidak menyebabkan keracunan (Mullet dan Whitsitt, 1996). Selain itu PEG bersifat mengikat air (Graham, 1992) sehingga mampu menurunkan potensial air. Polietilena glikol bersifat larut dalam air, merupakan senyawa kimia yang non toksik serta telah digunakan untuk kajian pengaruh kelembaban terhadap perkecambahan biji tanaman budidaya dan rumput – rumputan (Mullahey dkk., 1996). Penggunaan PEG untuk mengatur potensial osmotik membutuhkan pengetahuan yang tepat. Senyawa PEG dengan berat molekul 6000 mampu bekerja lebih baik pada tanaman daripada PEG dengan berat molekul yang lebih rendah (Michel dan Kaufmann, 1973). Simulasi cekaman kekeringan menggunakan PEG menjadi alternatif metode untuk menapis genotipe yang toleran kekeringan. Metode ini mampu menapis genotipe kedelai toleran kekeringan dengan cepat, memberikan lingkungan seleksi yang homogen, serta mengevaluasi genotipe kedelai dalam jumlah banyak (Widoretno, dkk. 2002).

Penggunaan senyawa PEG sebagai bahan simulasi kondisi cekaman kekeringan untuk mengetahui seleksi berbagai jenis tanaman toleran terhadap cekaman kekeringan telah dilakukan baik secara in vitro maupun ex vitro. Menurut Lestari (2006) seleksi in vitro untuk mendapatkan tanaman toleran cekaman kekeringan telah diujikan pada kacang hijau (Vigna radiata L.) (Gulati and Jaiwal, 1993), padi (Oryza sativa L.) (Adkins dkk., 1995; Biswas dkk., 2002; Lestari, 2005, 2006), gandum (Sorghum bicolor L.) (Duncan dkk., 1995), tomat (Prakash dkk., 1994) dan kedelai (Widoretno, 2003; Husni dkk., 2005).

Hemon (2009) melakukan identifikasi pertumbuhan tanaman kacang tanah hasil seleksi in vitro berulang pada media selektif yang mengandung polietilena glikol (PEG) terhadap cekaman kekeringan dengan menggunakan larutan PEG. Polietilena glikol dapat menurunkan potensial air dan dapat ditambahkan dalam media untuk seleksi in vitro.










Gambar 3. Gejala nekrosis akibat cekaman PEG.(a) gejala ringan, (b) gejala berat, dan
(c) pertumbuhan akar tanaman sensitive PEG (kiri) dan toleran PEG (kanan). Hemon (2009).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penyiraman tanaman kacang tanah dengan larutan PEG 15% nyata menghambat pertumbuhan tanaman. Tanaman yang dihasilkan dari ES hasil seleksi in vitro dua siklus (seleksi berulang) pada media selektif PEG 15% menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan penghambatan pertumbuhannya lebih kecil dibanding tanaman hasil seleksi ES satu siklus pada media selektif PEG 15% dan tanaman yang tidak melewati seleksi in vitro. Tanaman hasil seleksi ES dua siklus (seleksi berulang) mempunyai tingkat toleransi yang lebih baik terhadap cekaman PEG. Seleksi ES dua siklus pada media selektif PEG 15% menghasilkan individu galur kacang tanah agak toleran dan toleran lebih banyak.


Gambar 4. Kristal PEG (http://www.alibaba.com/showroom/poly-glycol.html)






Beberapa peneliti yang lain telah melakukan evaluasi respon genotipe terhadap cekaman kekeringan pada fase perkecambahan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan oleh (Krishnasamy dan Irulappan.1993 dalam Aulia, dkk.2005) mengenai respon perkecambahan terhadap stres air pada 9 genotipe Cabai merah (Capsicum annuum L.) dan 22 genotipe Terung (Solanum melongena L.) menggunakan larutan PEG (6000). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persentase perkecambahan kedua jenis tanaman tersebut menurun seiring dengan berkurangnya potensial osmotik dan mencapai 0 pada potensial osmotik 0.5 MPa. Penurunan persentase perkecambahan sekitar 50% terjadi pada potensial osmotik 0.3 MPa, oleh karena itu skrining genotipe dilakukan menggunakan potensial osmotik 0.3 MPa.

Penelitian lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Aulia, dkk (2005) mengenai respon perkecambahan dan struktur akar beberapa varietas kedelai (Glycine max (L.) Merr.) berdaya hasil tinggi terhadap cekaman kekeringan dengan menggunakan polietilena glikol (PEG 6000). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penambahan PEG pada media perkecambahan dapat menurunkan peubah perkecambahan yang meliputi indeks vigor, persentase perkecambahan, jumlah akar lateral, berat kering kecambah, panjang akar dan hipokotil. Selain itu pemberian PEG juga dapat menurunkan tebal epidermis dan korteks, diameter stele serta jumlah dan diameter metaxilem. Penentuan identitas berdasarkan nilai indeks penurunan dan indeks sensitivitas kekeringan (S) pada berbagai peubah perkecambahan dan perubahan anatomi akar.

V. SIMULASI CEKAMAN KEKERINGAN MENGGUNAKAN PEG PADA TANAMAN JAGUNG

Farsiani dan Ghobadi (2009) menggunakan PEG (6000) untuk simulasi cekaman kekeringan dalam media agar (in vitro). Kultivar jagung yang digunakan adalah jagung pipil ( SC704 ) dan jagung manis ( SC403 ). Variabel yang diamati meliputi persentase pertumbuhan, laju pertumbuhan, panjang radikula dan plumula, berat kering akar dan berat kering plumula setelah 10 hari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persentase pertumbuhan dan laju pertumbuhan jagung manis lebih tinggi daripada jagung pipil. Selain itu jagung manis ( SC403 ) lebih toleran terhadap cekaman kekeringan daripada jagung pipil ( SC704 ). Berdasarkan penelitian Camacho dan Caraballo ( 1994 ) mengenai evaluasi karakteristik morfologi genotipe 10 jagung hibrida lokal Venezuela pada kondisi cekaman kekeringan, diketahui bahwa hibrida Danac-3006, FM-6, Sefloarca-91, Ceniap PB-8 dan Tocorón-300 toleran terhadap cekaman kekeringan, sedangkan hibrida Cargill-163 resisten terhadap cekaman kekeringan. Selain itu, berat kering akar merupakan kriteria utama untuk seleksi genotipe jagung toleran cekaman kekeringan.




DAFTAR PUSTAKA

Azrai, M., Mejaya, M.D dan Yasin H.G, M. Tanpa tahun. Pemuliaan Jagung Khusus.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/tujuh.pdf

Aulia,R.F.K., Widoretno, W dan Indriyani, S. 2005. Respon Perkecambahan dan Struktur Akar beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Berdaya Hasil Tinggi terhadap Cekaman Kekeringan dengan Menggunakan Polietilena Glikol (PEG). Skripsi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya Malang.

Camacho, R.G dan Caraballo, D.F. 1994. Evaluation Of Morphological Characteristics
In Venezuelan Maize (Zea Mays L.) Genotypes Under Drought Stress. Sci.agric., Piracicaba, 51(3):453-458, set./dez.1994.
http://www.scielo.br/pdf/sa/v51n3/11.pdf

Erb, W.A., Draper, A.D. dan Swartz, H.J. 1998. Methods of Screening Blueberry Seedling Populatins for Drought Resistance. Horticulture Science. 23: 3112-314.
http://agris.fao.org/agris-search/search/display.do?f=1989/US/US89274.xml;US8836953

Farsiani, A. dan Ghobadi, M.E. 2009. Effects of PEG and NaCl Stress on Two Cultivars of Corn (Zea mays L.) at Germination and Early Seedling Stages. World Academy of Science, Engineering and Technology 57.
http://www.waset.org/journals/waset/v57/v57-66.pdf

Gesimba, R.M., Njoka, E dan Kinyua, M. 2004. Root Characteristics of Drought Tolerant Bread Wheat (Triticum aestivum) Genotypes at Seedling Stage. Asian Journal of Plant Sciences. 3: 512-515.
http://docsdrive.com/pdfs/ansinet/ajps/2004/512-515.pdf

Graham, N.B. 1992. Poly(ethylene glycol) Gels and Drug Delivery. Plenum Press. New York. hal 266.
Hemon, A.F. 2009. Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah Hasil Seleksi In Vitro Pada Media Polietilena Glikol Terhadap Cekaman Larutan Polietilena Glikol. Crop Agro, Vol. 2. No.1 – Januari 200.
http://fp.unram.ac.id/data/Profil%20Jurusan/Jurnal%20Crop%20Agro/Jurnal%20Crop%20Agro%20Vol%202%20No%201/Jurnal%20ke%20Crop%20Agro%20-%20Farid%20cetak.pdf

Kebreab, E dan Murdoch, A. J. 2000. The Effects of Water Stress on the Temperature Range for Germination of Orobanche aegyptiaca. Seed Science Research . 10: 1227-133.
http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=694108

Kristal PEG. http://www.alibaba.com/showroom/poly-glycol.html

Lee, C. 2007. Corn growth and development. www.uky.edu/ag/grain crops.

Lestari, E.G. 2006. In Vitro Selection and Somaclonal Variation for Biotic and Abiotic Stress Tolerance. BIODIVERSITAS Vol. 7, No. 3, Juli 2006, hal. 297-301.
http://www.unsjournals.com/D/D0703/D070320.pdf

McWilliams, D.A., D.R. Berglund, and G.J. Endres. 1999. Corn growth and management quick guide.www.ag.ndsu.edu.

Michel, B.E. dan Kaufmann, M.R. 1973. The Osmotic Potential of Polyethylene Glycol 6000. Plant Physiology. 51: 914-916.
http://www.plantphysiol.org/cgi/content/abstract/51/5/914

Minardi, S.2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering Untuk Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan.
http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_print.php?nid=134

Mullahey, J.J., S.H. West dan J.A. Cornell. 1996. Effects of Simulated Drought by Polyethylene Glycol on Bahiagrass Germination. Seed Science and Technology. 24: 219-224.
http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=3216841

Mullet, J.E. dan Whitsitt, M.S. 1996. Plant Cellular Responses to Water Deficit. Plant Growth Regulation. 20: 119-124.
http://www.springerlink.com/content/u418850288772p33/

Mokobia, C.E dan O. Anomohanran. 2005. The Effect of Gamma Irradiation on The Germination and Growth of Certain Nigerian Agricultural Crop. Journal of Radiological Protection. 25: 181-188.
http://www.iop.org/EJ/abstract/0952-4746/25/2/006.

Noviana S., E. 2002. Analisa Efisiensi Usahatani Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) (Studi Kasus di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu). http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-endang-8994-jagung&q=Desa
Rupitak, Q.,Aulinger-L.,I.,Messmer, R dan Stamp, P. 2008. Dynamics of Ear Grain Set in Maize under Drought Stress at Flowering.
http://www.tropentag.de/2008/abstracts/links/Messmer_Adpdg0tQ.pdf

Schmidhalter, U., Evequos, M., Camp, K.H dan Studer, C. 1998. Sequence of Drought Response of Maize Seedlings in drying Soil. Physiologia Plantarum. 104: 159-168.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1034/j.1399-3054.1998.1040203.x/abstract

Singh, B.B. 1998. Simple Screening Method for Drought Tolerance Root Characterisrics in Cow Pea. International Institute of Agriculture. Kano Station, Nigeria. hal: 1-5.
http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijgpb&volume=59&issue=2&article=010

Subekti, N.A., Syafruddin, Efendi, R dan Sunarti, S. Tanpa tahun. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/empat.pdf
Van der Weele, C.M, Spollen, W.G., Sharp, R.E dan Baskin T.I. Growth of Arabidopsis thaliana seedlings under water deficit studied by control of water potential in Nutrient agar media. 1999.
http://jxb.oxfordjournals.org/content/51/350/1555.full

Widoretno, W., Guhardja, E., S. Ilyas dan Sudarsono. 2002. Efektivitas Polietilena Glikol untuk Mengevaluasi Tanggapan Genotipe Kedelai terhadap Cekaman Kekeringan pada Fase Perkecambahan. Hayati. 9: 33-36.
http://202.124.205.107/files/HAY020902wwi.pdf


Read More..

Sabtu, 21 Agustus 2010

Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung


Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung
by : Azis Rifianto*

Penyakit bulai pada jagung merupakan penyakit utama yang paling berbahaya karena sebarannya yang sangat luas meliputi beberapa negara penghasil jagung di dunia seperti Filipina, Thailand, India, Indonesia, Afrika, dan Amerika (Shurtleff, 1980) dan hampir di semua propinsi di Indonesia (Semangun, 1973; 1993), dan kehilangan hasil yang ditimbulkannya dapat mencapai 100% pada varietas jagung yang rentan(Sudjono, 1988). Hal ini seperti yang di alami petani di kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dimana lebih dari 220 hektar lahan jagung mereka terserang bulai, sehingga kerugian yang diderita petani akibat penyakit ini mencapai 500 juta lebih (Suara Merdeka, 2 juli 2010). Bulai merupakan penyakit yang bersifat parasit obligat, dimana cendawan ini hanya mampu tumbuh dan berkembang pada jaringan hidup dan hanya pada tanaman inang (jagung).

Penyebab
Shurtleff (1980), Wakman dan Djatmiko (2002), serta Rathore dan Siradhana (1988) melaporkan bahwa penyakit bulai pada jagung dapat disebabkan oleh 10 spesies dari tiga generasi yaitu:

1. Peronosclerospora maydis (Java downy mildew)
2. P. philippinensis (Philippine downy mildew)
3. P. sorghi (Sorghum downy mildew)4. P. sacchari (Sugarcane downy mildew)
5. P. spontanea (Spontanea downy mildew)
6. P. miscanthi (Miscanthi downy mildew).
7. P. heteropogoni (Rajasthan downy mildew)
8. Sclerophthora macrospora (Crazy top)9. S. rayssiae var. zeae (Brown stripe)
10. Sclerospora graminicola (Graminicola downy mildew)
Penyakit bulai di Inonesia di sebabkan oleh 3 spesies cendawan dari genus Peronosclerospora yaitu P. maydis, P. philippinensis, P. sorghi.

Gejala

Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal. Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun terinfeksi. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku. Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali. Tanaman yang terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan dan daun sobek-sobek. Tanaman jagung mengalami periode kritis antara umur 1 minggu hingga 5 minggu, apabila selama periode kritis tersebut tanaman tidak menimbulkan gejala serangan maka tanaman jagung akan tumbuh normal dan bisa menghasilkan tongkol.

Siklus Hidup

Jamur dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora, daun kotiledon tetap sehat.

Epidemiologi
Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu, P. maydis di bawah suhu 24oC, P. philippinensis 21-26oC, P. sorghi 24-26oC, P. sacchari 20-25oC, S. rayssiae 20-22oC, S. graminicola 17-34oC, dan S. macrospora 24-28oC.

Tanaman Inang
Beberapa jenis serealia yang dilaporkan sebagai inang lain dari patogen penyebab bulai jagung adalah Avena sativa (oat), Digitaria spp. (jampang merah), Euchlaena spp. (jagung liar), Heteropogon contartus, Panicum spp.(millet, jewawut), Setaria spp.(pokem/seperti gandum), Saccharum spp.(tebu), Sorghum spp., Pennisetum spp.(rumput gajah), dan Zea mays (jagung).

Pengendalian

Oleh karena itu dalam pengembangan jagung di Indonesia, kewaspadaan terhadap penyakit bulai perlu mendapat perhatian serius dengan berpegang pada 5 komponen pengendalian yaitu : 1) Periode bebas tanaman jagung, 2). Tanam serempak, 3). Eradikasi tanaman terserang bulai, 4). Varietas tahan bulai, 5). Fungisida berbahan aktif metalaksil (Bisa menggunakan Demorf berbahan aktif Dimethomorp).
Komponen pengendalian penyakit bulai yang umum dilakukan selama ini adalah perlakuan benih dengan fungisida saromil atau ridomil yang berbahan aktif metalaksil, karena praktis dan mudah dilakukan, bahkan petani tidak perlu melakukan tindakan apapun, hanya menanam benih jagung yang sudah diberi perlakuan fungisida. Selain pengendalian dengan fungisida, varietas tahan bulai sebenarnya sudah lama diteliti, namun tidak banyak yang memanfaatkannya karena adanya fungisida barbahan aktif metalaksil yang selama ini efektif mengendalikan penyakit bulai melalui perlakukan biji.

Dalam penerapan varietas tahan bulai untuk pengendalian penyakit bulai, pemerintah Indonesia telah membuat aturan, dalam pelepasan varietas jagung harus memiliki sifat ketahanan terhadap penyakit bulai. Hal ini amat penting karena sekalipun telah dilepas, apabila tidak tahan bulai tidak akan tersebar luas karena bisa gagal panen akibat penyakit bulai yang telah tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia, dan juga baru-baru ini diketahui telah terjadinya resistensi P. maydis terhadap fungisida metalaksil di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (Wakman, 2008).

Terjadinya outbreak atau wabah penyakit bulai di beberapa daerah penghasil jagung seperti di Bengkayang (Kalbar), di Kediri dan Jombang (Jawa Timur), dan Medan (Sumatera Utara) yang sekalipun diberi perlakuan dengan fungisida berbahan aktif metalaksil, merupakan indikasi telah terjadinya perubahan ketahanan yang meningkat dari Peronosclerospora penyebab penyakit bulai. Adanya resistensi P. maydis terhadap metalaksil yang telah terbukti terjadi di Kalbar, merupakan ancaman bagi pengembangan jagung di Indonesia, hal ini disebabkan fungisida metalaksil tidak efektif lagi digunakan dalam pengendalian penyakit bulai. Oleh karenanya komponen pengendalian bulai lainnya perlu digalakkan.

Pengembangan varietas tahan bulai merupakan langkah yang perlu dilakukan untuk pengembangan tanaman jagung di Indonesia. Ketahanan terhadap penyakit bulai
dipengaruhi oleh banyak gen (polyge
nic) dan bersifat aditif. Dengan varietas jagung tahan bulai petani akan lebih untung karena resiko gagal panen kecil dan biaya perawatan lebih murah karena penggunaan fungisida lebih sedikit.

Varietas Rentan Varietas Tahan



* Staff R&D PT BISI International, Tbk Read More..

Minggu, 15 Agustus 2010

Mengenal Jagung Pulut- Jagung Ketan- (Waxy Corn), Zea mays ceritina

Mengenal Jagung Pulut - Jagung Ketan - (Waxy Corn), Zea mays ceritina Kulesh
By : Azis Rifianto*

Jagung pulut atau sebagian orang menyebutnya jagung ketan merupakan salah satu jenis jagung yang memiliki karakter spesial yaitu pulut atau ketan. Jagung ini disebut pulut atau ketan karena lengket dan pulen seperti ketan ketika di rebus (kandungan amilopektin tinggi). Jagung ketan ditemukan di China pada awal tahun 1900 dengan karakter endosperm berwarna kusam seperti lilin (waxy). Karakter waxy disebabkan adanya gen tunggal waxy (wx) bersifat resesif epistasis terletak pada kromosom sembilan. Secara fenotif endosperm jagung ketan yang berwarna kusam, dapat dibedakan dengan jelas dibandingkan jagung jenis lain pada saat kadar air biji 16% atau kurang dari 16%.

Endosperm jagung ketan yang homozigot (wx) dapat menghasilkan amilopektin hingga seratus persen. Karakter unik lain yang dimiliki oleh jagung ketan adalah akan menghasilkan warna merah-kecoklatan apabila endosperma biji yang mengandung amilopektin dilukai dan diberi larutan iodine. Kandungan endosperm jagung nonwaxy (terdiri dari amilopektin dan amilosa dengan kadar yang bervariasi) diberi larutan potassium iodine akan berwarna biru sampai hitam.

Jagung ketan mendapatkan perhatian yang besar pada perang dunia kedua karena kandungan tepung pada endosperma sama dengan kandungan tepung tapioka yang di hasilkan oleh tanaman ketela pohon (Manihot utilissima) sehingga bisa dimanfaatkan sebagai tanaman subtitusi. Berdasarkan penelitian, jagung ketan dapat digunakan sebagai campuran bahan baku kertas, tekstil dan industri perekat. Jagung ketan juga digunakan untuk memperbaiki kehalusan dan creaminess makanan kaleng, sebagai bahan perekat label botol dan memperkuat kertas.

Di Indonesia jagung ketan dimanfaatkan dengan cara di rebus atau dibakar, sebagai campuran nasi, juga bisa dibuat emping, marning dan glontor (jawa tengah: jagung pipil rebus dimakan dengan parutan kelapa dan garam). Daya cerna pati jagung ketan lebih rendah dibanding varietas jagung nonketan. Komposisi tersebut dapat membantu penderita diabetes yang memerlukan pangan karbohidrat tapi tidak tercerna sempurna menjadi glukosa. Penderita penyakit lambung tidak dianjurkan mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung amilopektin tinggi, termasuk beras ketan dan jagung ketan. Tingginya kandungan amilopektin pada jagung ketan juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti domba, sapi dan babi dimana dengan menggunakan jagung ketan dapat meningkatkan bobot binatang ternak hingga mencapai 20%.

Budidaya tanaman jagung ketan pada umumnya tidak berbeda dengan budidaya tanaman jagung field corn (jagung pipil). Yang membedakan hanyalah dibutuhkannya isolasi jarak dan atau waktu dikarenakan jagung ketan dikendalikan oleh gen resesif (wx). Isolasi jarak kurang lebih sekitar 200m sedangkan isolasi waktu 3 minggu lebih awal dari tanaman jagung pipil atau selain jagung ketan dimana jagung ketan ditanam lebih dekat dengan arah angin. Saat ini varietas jagung ketan yang ada di Indonesia masih dalam bentuk OP atau lokal, seperti lokal Sulawesi, lokal Jember, lokal Kediri, lokal Ciamis dan lain-lain.

Penelitian untuk menghasilkan jagung ketan hibrida saat ini dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah dan perusahaan benih. PT BISI International, Tbk sebagai salah satu perusahaan benih terbesar di Indonesia juga turut andil untuk memajukan pertanian dan petani Indonesia. Tiga varietas hibrida jagung ketan siap untuk di lepas ke masyarakat dengan berbagai macam kelebihan seperti kualitas rasa, nilai gizi, hasil panen dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Semoga 3 varietas hibrida yang segera dilepas memberi nilai tambah ke petani yang selama ini menggunakan varietas lokal. Bravo Pertanian dan Petani Indonesia!!!

* Staff R&D PT BISI International, Tbk
Read More..

Rabu, 11 Agustus 2010

Ranjau-Ranjau Takwa


Ranjau-Ranjau Takwa
oleh : A. Mustofa Bisri*

SEBAGAI hamba Allah SWT yang telah berikrar "Tiada Tuhan selain Allah", sebenarnya apa pun perintah-Nya, kita tidak perlu dan tidak pantas bertanya-tanya mengapa, untuk apa?

Hamba yang baik justru senantiasa ber-husnuzan, berbaik sangka kepada-Nya. Allah SWT memerintahkan atau melarang sesuatu, pastilah untuk kepentingan kita. Karena Allah SWT Mahakaya, tidak memiliki kepentingan apa pun. Dia mulia bukan karena dimuliakan; agung bukan karena diagungkan; berwibawa bukan karena ditunduki. Sejak semula Dia sudah Mahamulia, sudah Mahaagung, sudah Mahakaya, dan sudah Maha Berwibawa.

Kalau kemudian Dia menjelaskan pentingnya melaksanakan perintah-Nya atau menjauhi larangan-Nya, semata-mata karena Dia tahu watak kita yang suka mempertanyakan, yang selalu menonjolkan kepentingan sendiri.

Maka sebelum kita mempertanyakan mengapa kita diperintahkan berpuasa, misalnya, Allah SWT telah berfirman: "Ya ayyuhalladziina aamanuu kutiba 'alaikumush-shiyaamu..."(Q. 2. Al-Baqarah: 183) "Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kalian sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa."

Hamba mukmin di dunia ini dalam proses menuju ketakwaan kepada Allah SWT. Karena semua kebaikan hamba di dunia dan kebahagiaan di akhirat, kuncinya adalah ketakwaan kepada-Nya. Mulai pujian Allah SWT, dukungan dan pertolongan-Nya, penjagaan-Nya, pengampunan-Nya, cinta-Nya, limpahan rezeki-Nya, pematutan amal dan penerimaan-Nya terhadapnya; hingga kebahagiaan abadi di surga, ketakwaanlah kuncinya. (Baca misalnya, Q 3: 76, 120, 133, 186; Q 5:27; Q 16: 128; Q 19: 72; Q 39: 61; Q 65: 2-3; Q 33: 70-71; Q 49: 13).

Nah puasa, sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam ayat 183 Al-Baqarah di atas, merupakan sarana kita untuk mencapai ketakwaan yang berarti pada gilirannya meraih kebahagian di dunia dan akhirat.

Takwa sendiri lebih sering diucapkan ketimbang diterangkan. Ini barangkali karena banyaknya definisi.

Intinya -sejalan dengan maknanya secara bahasa- ialah penjagaan diri. Penjagaan diri dari apa? Ada yang mengatakan penjagaan diri dari hukuman Allah dengan cara menaati-Nya. Ada yang mengatakan penjagaan diri dari mengabaikan perintah-perintah Allah dan melanggar larangan-larangan-Nya. Ada yang mengatakan penjagaan diri dari melakukan hal-hal yang menjauhkan dari Allah. Ada yang mengatakan penjagaan diri jangan sampai mengikuti hawa nafsu dan tergoda setan. Ada yang mengatakan penjagaan diri jangan sampai tidak mengikuti jejak Rasulullah SAW. Dan, masih banyak lagi pendapat yang jika kita cermati, semuanya berujung pada satu makna.

Perbedaannya hanya pada ungkapan tentang dari apa kita mesti menjaga diri. Orang mukmin yang menjaga dirinya terhadap seretan hawa nafsu dan atau godaan setan, berarti dia menjaga diri dari mengabaikan perintah-perintah Allah dan dari melakukan hal-hal yang dilarang-Nya; berarti dia menjaga diri agar tetap mengikuti jejak Rasullah SAW; berarti menjaga diri dari hukuman Allah dan dijauhkan dari-Nya. Ibarat berjalan di ladang ranjau, orang yang bertakwa senantiasa berhati-hati dan waspada terhadap hal-hal yang dapat mencelakakannya.

"Ranjau' yang paling bahaya ialah yang paling tidak terduga; seperti yang banyak menimpa sementara kaum beragama sendiri, yakni nafsu terselubung. Sering setan menumpang nafsu dengan membisikkan kepada yang bersangkutan bahwa yang menggelora dalam dirinya adalah "semangat keagamaan", bukan "kobaran nafsu"; "semangat mengagungkan Tuhan", bukan "nafsu mengagungkan diri sendiri".

Puasa, seperti diketahui, bukanlah sekadar menahan diri untuk tidak makan dan tidak minum. Seandainya sekadar menahan diri dari makan dan minum pun sudah merupakan latihan untuk dapat menguasai dan menjaga diri karena Allah. Dalam puasa, melakukan dan tidak melakukan sesuatu karena Allah secara nalar jauh lebih mudah. Orang yang berpuasa karena orang, misalnya, bisa saja makan atau minum di siang hari secara sembunyi-sembunyi. Makan makanannya sendiri, minum minumannya sendiri, apa susahnya? Tapi, untuk apa? Karena Allah-lah yang membuat orang mukmin bersedia menahan lapar, tidak makan makanannya sendiri; menahan haus, tidak minum minumannya sendiri.

Karena Allah ini tentu saja hanya bisa disikapi oleh mereka yang iman kepada Allah. Dan, seukur tebal-tipis, besar-kecil, atau kuat-ringkihnya iman itulah, ketulusan orang yang melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena Allah. Di dalam puasa, orang mukmin digembleng untuk menjadi mukmin yang kuat, yang dapat menguasai dan menjaga diri. Mukmin yang lubuk hatinya, pikirannya, hingga pelupuk matanya, merupakan singgasana Allah; sehingga tidak mudah dibuat tergiur oleh iming-iming sesaat seperti hewan; tidak terjerumus berperilaku buas dan serakah seperti binatang.

Mukmin sejati, mukmin yang bertakwa kepada Allah. Bukan pengaku mukmin yang lubuk hatinya, pikirannya, hingga pelupuk matanya merupakan tempat mendekam hewan dan binatang buas; sehingga makan pun tidak peduli makan makanannya sendiri atau milik orang lain dan menunjukkan kehebatannya dengan menerkam ke sana-kemari. Na'udzu billah min dzalik. (*)

*) Pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin, Rembang
Read More..

Minggu, 08 Agustus 2010

DIDIKAN GURU TERHADAP MURIDNYA


DIDIKAN GURU TERHADAP MURIDNYA


Pada suatu zaman ada seorang murid yang ta’at kepada gurunya, setelah ia belajar lama ia pun kembali ke kampung asalnya, tahun demi tahun ia lalui yang akhirnya beliau menjadi seorang yang alim yang terkenal di kampung itu dan di juluki “Syekh Maulana Kendi”. Kenapa beliau di juluki Maulana Kendi?, karena beliau tidak lepas dengan kendi tersebut untuk mengambil air wudhu dan untuk beliau minum airnya, keta’atan ibadahnya sehingga beliau tidak memiliki harta apapaun, kecuali gubuk kecil yang beliau tempati bersama seorang muridnya yang beliau sayangi. Keta’atan dan ketaqwaannya menjadikan contoh untuk muridnya yang selalu mendampinginya sehingga muridnya pun menjunjung tinggi ahlak dan kebesaran ilmunya.

Pada suatu saat Syekh Kendi menceritakan tentang gurunya yang berada di negeri seberang dan akhirnya menyuruh muridnya untuk menemuinya, keesokan harinya sang murid berangkat kenegeri seberang dan sampailah didepan gerbang guru besar Syekh Kendi, maka murid Syekh Kendi bertanya : “Apakah ini rumah guru besar Syekh Kendi?”, rumah yang bagaikan istana yang luas, penjaga yang begitu banyak membuat keraguan murid Syekh Kendi, seraya dihati berkata : “Guruku Syekh Kendi miskin tak punya apa-apa sedangkan guru besarnya seperti ini”. Bertambah keanehannya di kala melihat didalam istananya bangku-bangku emas dan mahkota emas dan begitu gemerlapan emas yang ada di dalam rumahnya.
Dan akhirnya berjumpalah murid Syekh Kendi dengan guru besarnya yang bernama Syekh Sulaiman (Guru dari Syekh Kendi), tiba-tiba beliau berkata : “Apakah engkau murid Syekh Kendi murid dari pada kesayanganku?” benar wahai guru besar (Guru Sulaiman), beri kabar kepada muridku agar dia lebih zuhud lagi didunia dan salamkan ini kepadanya, kebingungan bertambah, guruku yang miskin di suruh tambah miskin lagi menurut kata hatinya, dan pertanyaan ini membuat bingung dan akhirnya keesokan harinya dia pulang menuju rumah Syekh Kendi gurunya dan membawa pertanyaan yang membingungkan, setibanya dia dirumah Syekh Kendi dengan gembira Syekh Kendi menyambut kedatangannya seraya bertanya : “Apa kabar yang kau bawa dari guruku tercinta?” muridnya menceritakan : “Wahai guruku aku diberi kabar agar engkau lebih zuhud lagi hidup didunia.”, tiba-tiba Syekh Kendi menangis, menangis dan menangis lalu mengambil kendinya dan memecahkannya seraya berkata : “Benar guruku, benar guruku”.


Ketahuilah wahai muridku kemewahan dan keindahan Syekh Sulaiman guruku tak sedikitpun masuk kedalam hatinya, sedangkan aku selalu mencari-cari kendiku dan aku takut kehilangannya, ini yang menyebabkan aku kurang zuhud kepada Allah SWT, karena masih ada dihatiku dunia.

sumber:http://nurulmusthofa.org
Read More..

Senin, 26 Juli 2010

Menyambut Malam Nishfu Syaban

Menyambut Malam Nishfu Syaban
Oleh M Zaenal Muhyidin

Senin 26 Juli 2010 bertepatan dengan 14 Syaban 1430 H. Malamnya, merupakan malam kelima belas dari bulan Syaban. Dalam tradisi masyarakat Islam khususnya di Indonesia malam ini sering disebut dengan “malam Nishfu syaban” yang artinya malam pertengahan bulan syaban yaitu malam kelima belas.

“Syaban” sebagai salah satu nama bulan dalam kalender hijriah mempunyai arti “berkelompok” (biasanya bangsa Arab berkelompok mencari nafkah pada bulan itu). Sya’ban termasuk bulan yang dimuliakan oleh Rasulullah Saw. selain bulan yang empat, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Salah satu pemuliaan Rasulullah Saw. terhadap bulan Syaban ini adalah beliau banyak berpuasa pada bulan ini.

Hal tersebut dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dan Abu Dawud dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah yang artinya : "Usamah berkata pada Rasululllah Saw., 'Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban.' Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.’”

Selain itu, menurut Rasulullah Saw pada bulan ini pula yaitu pada malam Nishfu sya’ban (malam kelima belas) seluruh amal perbuatan manusia diangkat kepada Allah Swt. Sehingga Rasulullah Saw berharap ketika amal perbuatanya diangkat kepada Allah Swt maka Rasul dalam keadaan puasa. Hal tersebut dijelaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh al-Nasa’i yang artinya : “Bulan itu (Sya‘ban) berada di antara Rajab dan Ramadhan adalah bulan yang dilupakan manusia dan ia adalah bulan yang diangkat padanya amal ibadah kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, maka aku suka supaya amal ibadah ku di angkat ketika aku berpuasa”. ( HR. an-Nasa’i)

Keutamaan Malam Nishfu Syaban

Keutamaan malam Nishfu Sya‘ban sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih dari Mu‘az bin Jabal Radhiallahu ‘anhu, bersabda Rasulullah Saw. yang artinya: “Allah menjenguk datang kepada semua makhlukNya di Malam Nishfu Sya‘ban, maka diampuni segala dosa makhlukNya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, at-Thabrani dan Ibnu Hibban)

Begitu juga dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA., beliau berkata: "Suatu malam Rasulullah Saw shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah Saw telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah Saw. selesai shalat beliau berkata: "Hai ‘Aisyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu Rasulullah Saw. bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini?”. "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam Nishfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (HR. Baihaqi). Menurut perawinya hadits ini mursal (ada rawi yang tidak sampai ke Sahabat), aka tetapi hadits ini cukup kuat.

Malam Nishfu Sya‘ban juga termasuk malam-malam yang dikabulkan doa. Imam asy-Syafi‘i dalam kitabnya al-Umm, berkata: “Telah sampai pada kami bahwa dikatakan: sesungguhnya doa dikabulkan pada lima malam, yaitu malam Jum’at, malam hari raya Idul Adha, malam hari raya ‘Idul fitri, malam pertama di bulan Rajab dan malam Nishfu Sya‘ban.”

Menghidupkan Malam Nishfu Sya‘ban

Malam Nishfu Sya‘ban (malam kelima belas pada bulan Syaban) merupakan malam yang penuh rahmat dan ampunan dari Allah Swt. Untuk itu, kita dianjurkan bahkan disunnahkan untuk menghidupkan malam ini. Adapun cara menghidupkan Malam Nishfu Sya‘ban sebagaimana yang dilakukan sekarang ini tidak berlaku pada zaman Rasulullah Saw dan zaman para sahabat. Akan tetapi hal ini berlaku pada zaman thabi‘in (zaman setelah para sahabat) dari penduduk Syam. Imam al-Qasthalani dalam kitabnya al-Mawahib al-Ladunniyah, berkata, “bahwa para tabi‘in daripada penduduk Syam seperti Khalid bin Ma‘dan dan Makhul, mereka beribadah dengan bersungguh-sungguh pada Malam Nishfu Sya‘ban. Maka dengan perbuatan mereka itu, mengikutlah orang banyak untuk membesarkan malam tersebut.”

Para tabi‘in menghidupkan Malam Nishfu Sya‘ban dengan dua cara, yaitu 1) Sebagian mereka hadir beramai-ramai ke masjid dan berjaga di waktu malam (qiyamullail) untuk shalat sunat dengan memakai harum-haruman, bercelak mata dan berpakaian yang terbaik; 2) Sebagiannya lagi melakukannya dengan cara bersendirian. Mereka menghidupkan malam tersebut dengan beribadah seperti shalat sunat dan berdoa dengan cara sendirian.

Adapun cara kita sekarang ini menghidupkan Malam Nishfu Sya‘ban dengan membaca Al-Qur'an seperti membaca surah Yasin, berzikir dan berdoa dengan berhimpun di masjid-masjid atau di rumah-rumah sendirian atau berjamaah adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para tabi‘in itu.

Dalam hadits Ali Ra., Rasulullah Saw. bersabda: "Malam Nishfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan shalat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah berfirman: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (HR. Ibnu Majah dengan sanad lemah).

Ulama berpendapat bahwa hadits lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal). Walaupun hadits-hadits tersebut tidak sahih, namun melihat dari hadits-hadits lain yang menunjukkan kautamaan bulan Sya'ban dapat diambil kesimpulan bahwa Malam Nishfu Sya'ban jelas mempunyai keuatamana dibandingkan dengan malam-malam lainnya.

Amalan-Amalan dalam Malam Nishfu Sya‘ban

Untuk menghidupkan Malam Nishfu Sya‘ban dapat kita lakukan dengan berbagai cara, tapi hal-hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang baik yang tiak bertentangan denga syraiat.

Di antara hal yang dianggap bid‘ah dan bertentangan denga syariah oleh sebagaian ulama dalam malam Nishfu sya’ban itu adalah shalat sunat Nishfu Sya‘ban. Menurut sebagian ulama, shalat sunat Nishfu sya’ban sebenarnya tidak tsabit, tidak kuat dasar hukumnyadan dan tidak ada dalam ajaran Islam. Seperti Imam an-Nawawi dan Imam Ibnu Hajar telah menafikan adanya shalat sunat Nishfu Sya‘ban. Karena menurut beliau suatu shalat itu disyariatkan cukup sandarannya pada nash Al-Qur'an atau pada hadits nabi.

Jika seseorang itu masih juga ingin melakukan shalat pada malam Nishfu sya’ban, maka sebaiknya dia mengerjakan shalat-shalat sunat lain seperti sunat Awwabin (di antara waktu maghrib dan Isya'), shalat Tahajjud diakhiri dengan shalat Witir atau shalat sunat Muthlaq bukan khusus shalat sunat Nishfu Sya‘ban. Shalat sunat Muthlaq ini boleh dikerjakan kapan saja, baik pada Malam Nishfu Sya‘ban atau pada malam-malam lainnya.

Tapi ulama lain seperti Imam al-Ghazali dalam kitabnya al-Ihyaa’ (Juz 1 hal. 210) menyatakan bahwa shalat malam Nishfu sya’ban adalah sunat dan hal itu dilakukan pula oleh para ulama salaf. Bahkan para ulama salaf menamakan shalat tersebut sebagai shalat khair (shalat yang baik). Begitu juga ulama-ulama lain seperti al-Allamah al-Kurdi. Selain dalam kitab al-Ihyaa’ juga dalam kitab-kitab lain seperti Khaziinah al-Asraar (hal. 36), al-’Iaanah (Juz 1 hal. 210), al-Hawaasyi al-Madaniyyah (Juz 1 hal. 223), dan al-Tarsyiih al-Mustafiidiin (hal. 101).

Nah, terlepas dari ‘kontroversi’ tentang amalan-amalan pada malam Nishfu syaban khususnya tentang shalat Nishfu sya’ban yang dianggap bid’ah oleh sebagian ulama dan dianggap sunat oleh ulama lain, maka kita sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nishfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, salat, dzikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal shalih lainnya seperti puasa pada siang harinya sebagaiman dicontohkan Rasulullah Saw. sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang lupa akan kemuliaan bulan sya’ban ini. Wallah a’lam bishawab !

* Penulis adalah Wakil Ketua PW LTN NU Jawa Barat dan Ketua Yayasan Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka
sumber : www.nu.or.id
Read More..

Rabu, 21 Juli 2010

Jagung Manis Master Sweet benar-benar " Master "

Jagung Manis Master Sweet benar-benar " Master "
oleh : Azis Rifianto*

Tanaman jagung merupakan tanaman yang berumah satu (monocius)dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Selama ini kita lebih mengenal tanaman jagung Field Corn (jagung pipil) dibandingkan dengan tanaman jagung yang lain, padahal jenis jagung tidak hanya jagung pipil, tetapi ada juga jagung manis (karakter spesifik manis), jagung ketan (karakter spesifik pulen/seperti ketan), jagung pop corn (karakter spesifik mudah mengembang) dan masih banyak lagi jenis jagung dengan karakter yang spesifik. Tanaman jagung pipil pada umumnya digunakan sebgai pakan ternak, sedangkan tanaman jagung manis lebih banyak di konsumsi oleh manusia dalam bentuk fresh maupun olahan.

Jagung pipil biasanya di panen tua 105 hst (hari setelah tanam)pada stadia R6/masak fisiologis, sedangkan tanaman jagung manis di panen muda 65 hst (hari setelah tanam) pada stadia R3/masak susu. jagung manis dan jagung pipil dapat dibedakan berdasarkan morfologi tanaman yaitu Tasel/bunga jantan pada tanaman jagung manis berwarna kuning karena tidak memiliki antosianin/zat warna merah sdangkan jagung pipl pada umumnya memiliki antosianin. Silk/ rambut tongkol pada tanaman jagung manis berwarna kuning sedangkan pada jagung pipil memiliki antosianin, karakter morofologi yang lain yang bisa dipakai untuk membedakan adalah pada stem/ batang, pangkal batang tanaman jagung manis pada umumnya berwarna hijau atau putih sedangkan pada tanaman jagung pipil, pangkal batang umumnya berwarna ungu/merah.

Tanaman jagung manis memiliki rasa manis disebabkan tanaman ini memiliki gen resesif yang berfungsi untuk menghambat proses pembentukan gula menjadi pati. Dengan adanya gen resesif tersebut menyebabkan tanaman jagung manis menjadi 4 - 8 kali lebih manis di bandingkan dengan tanaman jagung pipil. Terdapat 8 Gen resesif pada tanaman jagung manis yang banyak di kembangkan pada varietas jagung manis komersial antar lain amylose-extender1 (ae1) terdapat pada kromosom 5, gen brittle 1 (bt1) terdapat pada kromosom 5, geb brittle 2 (bt2)terdapat pada kromosom nomer 4, gen sugary 1 (su1)terdapat pada kromosom 4. Gen dull 1 (du10 terdapat pada kromosom 10, sugary enhancer 1(se10 terdapat pada kromosom 2C, waxy 1 (wx1)pada kromosom 9 dan gen shrunken (sh2)yang terdapat pada kromosom 3.

Tanaman jagung manis yang diperdagangkan di Indonesia pada umumnya memiliki gen resesif shrunken (sh2), dikarenakan memiliki fenotip tanaman yang lebih baik, dengan kandungan sukros 24,6% pada saat 22 hari setelah terjadi polinasi/penyerbukan, lebih tinggi dibandingkan gen yang lain.Diantara varietas komersial jagung manis yang mengandung gen sh2 yaitu BISI Sweet 2, Sweet Boy 1, sweet Boy 2 dan yang terbaru yaitu Master Sweet.

Varietas jagung manis Master Sweet memiliki beberapa keunggulan yaitu tanaman lebih vigorus, kokoh, tahan rebah dengan ukuran tongkol yang besar panjang 20.8 cm, diammeter tengah tongkol 5.3 cm, keliling tengah tongkol 17 cm dan jumlah baris tongkol 16 - 18 baris. Berat satu tongkol klobat jagung manis master sweet bisa mencapai 500 gr, yang berarti dalam 1 kg berisi 2 tongkol. Tongkol yang besar akan memberikan nilai tambah dan keuntungan yang lebih kepada petani, untuk produk sayuran dan buah daya simpan merupakan salah satu faktor yang penting, semakin bagus daya simpan dan daya tahan varietas terhadap penyimpanan dan jarak, maka varietas tersebut akan semakin laku dan kompetitif di pasar.

Master Sweet memiliki kelebihan pada daya simpan dibandingkan varietas lain yang ada di pasaran seperti bonanza dan sugar 75, dimana ketika tongkol disimpan selama 1 minggu setelah panen pada suhu ruang klobot dari tongkol master sweet masih kelihatan hijau dan biji lambat kisut sedangkan pada vaietas lain klobot sudah kering menguning dan biji sudah kisut. Kelebihan yang lain dari varietas ini adalah tahan terhadap penyakit karat daun (Puccinia sorghi) dan lebih tahan terhadap serangan penyakit bulai/ downey mildew yang di akibatkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis. Dengan banyaknya keunggulan varietas tersebut layak kiranya vairetas tersebut di beri nama Master Sweet. Berikut merupakan deskripsi Varietas jagung manis Master sweet.

Deskripsi varietas Master Sweet
Jenis : Hibrida silang tunggal
Golongan varietas : Hibrida silang tunggal
Umur 50 % anther terbuka: 49/ 55 / 61 hari (dat. rendah/ Menengah/ tinggi)
Umur 50% keluar rambut : 51/ 57 / 63 hari (dat. rendah/ Menengah/ tinggi)
Umur mulai panen : 68/ 75 / 94 hari (dat. rendah/ menengah/tinggi)
Batang : Hijau, kokoh, bulat
Warna batang : Hijau
Tinggi tanaman : 203 cm
Tinggi tongkol : 98 cm
Daun : Lebar, Tegak
Warna daun : Hijau
Keragaman tanaman : Seragam
Bentuk malai (tassel) : Semi tegak
Warna sekam (glume) : Kuning kehijauan
Warna malai (anther) : Kuning
Warna rambut : Kuning
Penutupan tongkol : Baik
Bentuk tongkol : Silindris
Tipe biji : Sweet corn (Shrunken)
Warna biji : Kuning
Jumlah baris biji : 16 – 18 baris
Perakaran : Baik
Kerebahan : Tahan
Potensi hasil : 17.8 ton/ha
Rata-rata hasil : 12.1 ton/ha
Berat 1000 biji : ± 148.1 gram (biji kering)
Kadar gula : 13.3 % brix
Panjang tongkol : 20.8 cm
Diameter tengah tongkol : 5.3 cm
Keliling tengah tongkol : 17 cm
Jumlah biji per baris : 43.9 biji
Berat/tongkol (glondong): 499 gr
Berat/tongkol (kupasan) : 339 gr
Ketahanan penyakit : Toleran penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum),
tahan penyakit karat daun (Puccinia sorghi), dan Tahan
bulai (Peronosclerospora maydis)
Keterangan : Tahan simpan, beradaptasi dengan baik di dataran
rendah,menengah maupun tinggi
Daerah pengembangan : Indonesia /Tropis
* Staff RND PT BISI International, Tbk
Read More..

Selasa, 29 Juni 2010

Farm Field Day Jagung Manis "Master Sweet" di Beringin Deli Serdang


Farm Field Day Jagung Manis "Master Sweet" di Beringin Deli Serdang

Panen perdana jagung Master Sweet di Dusun Yogya, Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (15/6) siang dihadiri lima puluhan petani yang tergabung dalam Gapoktan dan kelompok tani yang ada di desa itu. Salah satu kelompok tani yang telah berhasil mencoba penanaman jagung Master Sweet di Desa itu adalah Kelompok Juli Tani. ” Kita sedang panen perdana jagung Master Sweet, kata Warno (50) salah seorang petani yang menanam jagung Master Sweet di kebun miliknya.
Warno menyebutkan kualitas jagung Master Sweet yang dipanennya itu sangat baik, berbeda dengan kualitas bibit jagung yang lain. Dari awal penanamannya batang tanaman jagung Master Sweet tetap kokoh serta tahan terhadap hama penyakit seperti bulai. “Buah dan tongkolnya besar-besar, bijinya pun rata sampai ke pucuk. Ini tentu dapat menguntungkan para petani jagung sehingga perekonomiannya meningkat,” katanya menambahkan.
Area Manejer PT Tanindo Intraco Ir Alam Sembiring saat dikonfirmasi wartawan di sela-sela acara tersebut menyebutkan PT Tanindo Intraco merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis. Di antaranya benih sayur, pestisida, pupuk, jagung dan jagung manis. Lebih lanjut ia menyebutkan FFD jagung manis “Master Sweet” tersebut dilakukan sebagai sosialisasi kepada petani. Dimana jagung tersebut memiliki banyak keunggulan di antaranya lebih tahan terhadap penyakit seperti bulai, produksi tinggi, rasa yang manis, ukuran tongkol besar dan seragam. “Ternyata bibit jagung Master Sweet dapat tumbuh subur serta berbuah diberbagai daerah tempat,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan Master Sweet merupakan hasil penelitian riset perusahaan selama bertahun-tahun dilakukan di farm yang berlokasi di daerah Kediri Jawa Timur. Setelah mengadakan multi lokasi, termasuk di Sumut. Hasilnya dari beberapa varietas yang diuji di Sumut, Master Sweet lah yang terbaik serta cocok untuk daerah ini, katanya seraya menyebutkan benih jagung manis itu siap untuk dipasarkan sekitar bulan Juli mendatang.
Dari survey yang dilakukan ternyata kualitas jagung manis Master Sweet hampir sama dengan “Sweet Boy” yang juga merupakan generasi sebelumnya yang dikeluarkan oleh PT Tanindo Intraco. “Ini kita sesuaikan dengan permintaan pasar. Kadang pembeli yang merupakan pedagang eceran seperti jagung rebus dan bakar lebih suka membeli jagung yang bentuknya tidak terlalu besar disebabkan membelinya dengan hitungan per goni, jumlahnya kan lebih banyak, sehingga pedagang tersebut dapat lebih untung. Namun ada juga pembeli yang mencari tongkol jagung yang lebih besar, tentunya dengan kualitas yang terjamin dengan buah besar dan rasa yang manis seperti jagung Master Sweet ini,” kata Yusdianto, Market Development Sumut-Aceh didampingi Munawar Sp, Agronomis Deli Serdang di PT Tanindo Intraco sembari menyebutkan hitungan pergoni rata-rata Master Sweet 140 tongkol jagung dengan isi yang bagus berbeda dengan kualitas jagung lain.
Acara diwarnai dengan perlombaan makan jagung Master Sweet oleh ibu-ibu petani yang penuh dengan rasa kekeluargaan. (BSK/s)

sumber :http://hariansib.com
Read More..

Senin, 21 Juni 2010

Iklan yang Efektif


Iklan yang Efektif

APAKAH Anda pernah melihat bentuk kampanye tentang antinarkoba? Baik berupa iklan media cetak, brosur, iklan televisi, billboard dan sebagainya?

Apa yang biasanya tertulis dalam iklan–iklan tersebut? Yang sering kita temui mungkin biasanya tertulis "Jauhi NARKOBA" , "Jangan Gunakan NARKOBA" dan sebagainya (biasanya tulisan narkoba ditulis dengan huruf yang lebih besar dan jelas).

Tantangan iklan antinarkoba di Indonesia, seringkali mengingatkan orang untuk ingin tahu: Apa itu narkoba? Kelihatannya boleh juga. Namun, semakin banyak tulisan ’’dilarang” atau ’’antinarkoba”, narkoba ini seperti diiklankan secara gratis.

Kemudian, bagaimana iklan yang lebih efektif? Waktu saya pergi ke Singapura, dan berjalan di lorong bawah tanah menuju MRT (kereta bawah tanah) saya melihat sebuah gambar yang sangat menjijikkan, di mana ada satu orang yang kurus kering, telanjang. Tubuh itu tergeletak di dekat kloset toilet dengan kotoran manusia yang berceceran di sekitarnya, bahkan ada yang mengenai tubuhnya.

Di bawahnya tertulis ”Narkoba membuat anus anda terbuka”. Anda tidak akan bisa menahan buang air besar. Kotoran anda ke mana-mana. Hiii...... sungguh menjijikkan. Bagaimana kesan atau perasaan Anda, jika melihat gambar tersebut? (setidaknya Anda sudah bisa membayangkan dari gambaran saya tadi).

Sampai sekarang, kalau saya ingat narkoba, perasaan jijik yang langsung keluar. Inilah iklan antinarkoba yang sukses. Sederhana, shocking, konkret, emosional, menjijikkan langsung dikaitkan dengan narkoba.Selesai!

Sekarang bagaimana menggunakan ilmu ini untuk anda yang mendesain iklan agar mengingatkan? (sebetulnya bukan hanya iklan, tetapi Anda bisa menggunakan 12 pilar marketing untuk menyentuh target market Anda, dengan cara yang sama). Misalnya perusahaan seperti mobil, sepeda motor, atau apapun. Bagaimana menggunakan jurus Pavlov/”Cantolan”?

Kuncinya adalah buatlah iklan yang ceritanya simpel, shocking, konkret, emosional, bisa dipercaya, sampai menimbulkan satu perasaan tertentu yang kita inginkan. Misalnya: ”Aman”,”Menguntungkan”,”Ultimate Driving Pleasure”, ”Sehat & Segar”, ”Kuat”, ”Putih Cantik”, ”Cinta Yang Abadi”,”Mapan”,dll. Setelah itu,baru keluarkan produk/ jasa Anda.

Yang kadang tidak ada hubungannya juga dengan perasaan tadi. Ulangi sampai menjadi ”cantolan” kebiasaan. Dengan demikian Anda bisa sukses menjajah pikiran orang tanpa disadari. Inilah sebabnya ada orang yang mendengarkan musik tertentu mendadak menangis karena pada waktu dia mendengarkan musik tersebut dia punya cantolan terhadap satu perasaan tertentu.(adn)

TUNG DESEM WARINGIN
Pelatih Sukses No 1 di Indonesia The most Powerful People and Ideas in Business 2005
Read More..

Sabtu, 19 Juni 2010

Bahasa Geram


Bahasa Geram
Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri

Bangsa ini sedang terserang virus apa sebenarnya? Apakah hanya karena panas global? Di rumah, di jalanan, di lapangan bola, di gedung dapur, bahkan di tempat-tempat ibadah, kita menyaksikan saja orang yang marah-marah. Tidak hanya laku dan tindakan, ujaran dan kata-kata pun seolah-olah dipilih yang kasar dan menusuk. Seolah-olah di negeri ini tidak lagi ada ruang untuk kesantunan pergaulan. Pers pun –apalagi teve--tampaknya suka dengan berita dan tayangan-tayangan kemarahan.


Lihatlah “bahasa” orang-orang terhormat di forum-forum terhormat itu dan banding-sandingkan dengan tingkah laku umumnya para demonstran di jalanan. Seolah-olah ada “kejumbuhani” pemahaman antara para “pembawa aspirasi” gedongan dan “pembawa aspirasi” jalanan tentang “demokrasi”. Demokrasi yang–setelah euforia reformasi--dipahami sebagai sesuatu tatanan yang mesti bermuatan kekasaran dan kemarahan.

Yang lebih musykil lagi “bahasa kemarahan” ini juga sudah seperti tren pula di kalangan intelektual dan agamawan. Khotbah-khotbah keagamaan, ceramah-ceramah dan makalah-makalah ilmiah dirasa kurang afdol bila tidak disertai dengan dan disarati oleh nada geram dan murka. Seolah-olah tanpa gelegak kemarahan dan tusuk sana tusuk sini bukanlah khotbah dan makalah sejati.

Khususnya di ibu kota dan kota-kota besar lainnya, di hari Jumat, misalnya, Anda akan sangat mudah menyaksikan dan mendengarkan khotbah “ustadz” yang dengan kebencian luar biasa menghujat pihak-pihak tertentu yang tidak sealiran atau sepaham dengannya. Nuansa nafsu atau keangkuhan “Orang Pintar Baru” (OPB) lebih kental terasa dari pada semangat dan ruh nasihat keagamaan dan ishlah.

Kegenitan para ustadz OPB yang umumnya dari perkotaan itu seiiring dengan munculnya banyak buku, majalah, brosur dan selebaran yang “mengajarkan” kegeraman atas nama amar makruf nahi munkar atau atas nama pemurnian syariat Islam. Penulis-penulisnya–yang agaknya juga OPB—di samping silau dengan paham-paham dari luar, boleh jadi juga akibat terlalu tinggi menghargai diri sendiri dan terlalu kagum dengan “pengetahuan baru”-nya. Lalu menganggap apa yang dikemukakannya merupakan pendapatnya dan pendapatnya adalah kebenaran sejati satu-satunya. Pendapat-pendapat lain yang berbeda pasti salah. Dan yang salah pasti jahanam.

Dari bacaan-bacaan, ceramah-ceramah, khotbah-khotbah dan ujaran-ujaran lain yang bernada geram dan menghujat sana-sani tersebut pada gilirannya menjalar-tularkan bahasa tengik itu kemana-mana; termasuk ke media komunikasi internet dan handphone. Lihatlah dan bacalah apa yang ditulis orang di ruang-ruang yang khusus disediakan untuk mengomentari suatu berita atau pendapat di “dunia maya” atau sms-sms yang ditulis oleh anonim itu.

Kita boleh beranalisis bahwa fenomena yang bertentangan dengan slogan “Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah” tersebut akibat dari berbagai faktor, terutama karena faktor tekanan ekonomi, ketimpangan sosial dan ketertinggalan. Namun, mengingat bahwa mayoritas bangsa ini beragama Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, fenomena tersebut tetap saja musykil. Apalagi jika para elit agama yang mengajarkan budi pekerti luhur itu justru ikut menjadi pelopor tren tengik tersebut.

Bagi umat Islam, al-khairu kulluhu fittibaa’ir Rasul SAW, yang terbaik dan paling baik adalah mengikuti jejak dan perilaku panutan agung, Nabi Muhammad SAW. Dan ini merupakan perintah Allah. Semua orang Islam, terutama para pemimpinnya, pastilah tahu semata pribadi, jejak-langkah dan perilaku Nabi mereka.

Nabi Muhammad SAW sebagaimana diperikan sendiri oleh Allah dalam al-Quran, memiliki keluhuran budi yang luar biasa, pekerti yang agung (Q. 68:4). Beliau lemah lembut, tidak kasar dan kaku (Q. 3: 159). Bacalah kesaksian para shahabat dan orang-orang dekat yang mengalami sendiri bergaul dengan Rasulullah SAW. Rata-rata mereka sepakat bahwa Panutan Agung kita itu benar-benar teladan. Pribadi paling mulia; tidak bengis, tidak kaku, tidak kasar, tidak suka mengumpat dan mencaci, tidak menegur dengan cara yang menyakitkan hati, tidak membalas keburukan dengan keburukan, tapi memilih memaafkan. Beliau sendiri menyatakan, seperti ditirukan oleh shahabat Jabir r.a,“InnaLlaaha ta’aala lam yab’atsnii muta’annitan...”, Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai utusan yang keras dan kaku, tapi sebagai utusan yang memberi pelajaran dan memudahkan.

Bagi Nabi Muhammad SAW pun, orang yang dinilainya paling mulia bukanlah orang yang paling pandai atau paling fasih bicara (apalagi orang pandai yang terlalu bangga dengan kepandaiannya sehingga merendahkan orang atau orang fasih yang menggunakan kefasihannya untuk melecehkan orang). Bagi Rasulullah SAW orang yang paling mulia ialah orang yang paling mulia akhlaknya. Wallahu a’lam.

sumber : www.gusmus.net
Read More..

Kamis, 17 Juni 2010

Cara Jitu Mengemas Produk supaya Konsumen Mencari-Cari Produk


Cara Jitu Mengemas Produk supaya Konsumen Mencari-Cari Produk

APAKAH Anda pernah melihat adegan sulap atau pertunjukan sulap? Apa yang menarik bagi Anda ketika melihat pertunjukan sulap? Di Indonesia banyak kita jumpai/ lihat pertunjukan sulap, baik di kafe–kafe, di mal–mal, atau di televisi.

Sehingga tidak jarang orang merasa suatu pertunjukan sulap adalah pertunjukan yang sudah biasa, karena mereka sudah pernah bahkan sering melihat di berbagai media atau di berbagai tempat lain sebelumnya. Atau merasa kurang tertarik untuk melihat pertunjukannya secara langsung, karena merasa pertunjukan sulap paling seperti yang ada di TV saja.

Meskipun saya yakin cukup banyak pesulap di Indonesia yang sebenarnya juga dahsyat. Namun, apakah Anda pernah mengenal atau mendengar David Copperfield? Siapakah dia? … Banyak orang yang mengatakan dia adalah seorang pesulap. Memang dia adalah seorang pesulap, namun sebenarnya ia juga merupakan praktisi marketing yang dahsyat. Mengapa begitu? … Coba saja Anda lihat, berbagai pertunjukannya sangat laku di berbagai penjuru dunia (meski tiketnya tidaklah murah).

Salah satu rahasianya adalah dia sangat ahli dalam mengemas pertunjukkan sulapnya menjadi pertunjukkan yang sangat menghibur, spektakuler, dan sangat memukau. Tentu saja dengan dibarengi strategi promosi yang dahsyat. Sehingga banyak orang yang mau melihat pertunjukannya bahkan hingga berkali-kali. Dia sangat jago dalam mengemas pertunjukan hingga detil-detilnya, baik tata panggung, pencahayaan, sound system, dan banyak lagi yang lainnya.

Sehingga penonton merasa sangat terlibat dalam pertunjukan tersebut. Hingga akhirnya dia mendapatkan predikat dari Las Vegas Review Journal: “Grade A” “Copperfield’s best illusions are still unparalleled on the strip!” The only “Grade A” rated full evening magic show in Las Vegas! Demikian juga dalam dunia seminar, apa yang ada dalam pikiran seseorang pada umumnya pertama kali kalau mendengar kata “seminar”? Biasanya dikaitkan dengan: suasana yang serius, duduk mendengarkan, bahkan ada yang mengatakan “membosankan”, dan…. Tidak sedikit juga yang mengatakan: mengantuk kalau ikut seminar.

Oleh karena itu, ada seorang pembicara yang mencoba membuat kemasan yang berbeda mengenai seminar. Seminar adalah: suasana yang menyenangkan, penuh kegembiraan, penuh semangat, dan tentunya penuh ilmu dahsyat dan …. Meski dalam lima hari berturut-turut pun, peserta seminarnya pasti tetap merasa segar dan bersemangat.

Karena itu, pembicara tersebut bisa mendapatkan predikat sebagai: Pelatih Sukses no 1 di Indonesia, Pembicara Terbaik di Indonesia, dan The most Powerful People in Business. Untuk membuat suatu kemasan seminar yang benar-benar menyenangkan, penuh kegembiraan, penuh semangat, dan ilmu yang bermanfaat, memang tidak mudah. Dan tetap ada saja yang berkomentar, “seminar kok pakai lunjak-lunjak,… seminar kok sampai jam 11 malam (bahkan lebih)…” dan seterusnya.

Namun, di sinilah saya benar-benar mempraktikkan Marketing Revolution, meskipun ada saja yang berkomentar seperti itu … Saya tetap fokus untuk bisa memberikan seminar yang benar-benar memiliki nilai tambah yang dahsyat. Saya juga memperhatikan detil-detilnya, supaya hasil keseluruhan bisa dahsyat.

Dan ternyata terbukti hasilnya, dengan mengemas seminar sedemikian dahsyatnya, akhirnya banyak sekali orang yang menghadiri seminar-seminar saya, dan banyak orang pula yang memberikan testimoni kesuksesan dan kebahagiaannya dengan mengikuti seminar-seminar yang saya berikan. Bahkan banyak orang yang tadinya tidak begitu suka seminar, bahkan antipati, malah akhirnya mereka mau mengikuti seminar saya.

Lebih dahsyatnya lagi mereka dengan senang hati terus-menerus mengikuti seminar saya hingga ada yang lebih dari delapan kali. Dan dengan senang hati pula para peserta seminar saya mereferensikan ke rekan bisnis, keluarga atau teman-temannya. Mulai dari lulusan SD hingga profesor, mulai dari pelajar hingga pengusaha besar ternyata menyukai seminarseminar saya, baik di Indonesia maupun di beberapa Negara lain.

Mereka menyukai seminar saya di antaranya karena mereka merasa mendapat banyak ilmu dalam suasana yang menyenangkan. Oleh karena itu, seringkali saya bertanya kepada para peserta seminar, “Bapak, Ibu, semua, kelihatannya kita harus selesai sampai malam… bagaimana? Mau lanjut?” Dan jawab para peserta seminar ,” Lanjut…!!!!” Sambung saya,”Tapi kelihatannya bukan hanya sampai malam, tapi bisa sampai tengah malam, bagaimana?”, kembali para peserta seminar menjawab, “Lanjut!! Terus lanjut”.

Dan perlu diketahui, seminarnya sering kali bukan hanya satu hari, tapi bahkan hingga lima, ya… lima hari berturut-turut hingga tengah malam, namun para peserta seminar tetap sangat bersemangat dan tentunya mendapat manfaat yang dahsyat. (*)(adn)

sumber : www.okezone.com
Read More..